Sejarah Kota Surabaya
Setelah proklamasi kemerdekaan indonesia tahun 1945, kota surabaya di kukuhkan dengan undang undang no 12 tahun 1948 dengan luas wilayah 67,20 kilometer persegi atau 6.720 hektare. Asal nama surabaya berasal dari untaian kata sura dan baya atau sura ing baya di baca suro ing boyo yang berarti ' berani menghadapi tantangan. Kota surabaya di dirikan pada tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara yang di gunakan untuk pemukiman baru bagi para prajurit yang berhasil memberontak pemukiman tahun 1270 M, pendapat ini di kemukakan oleh hipotesis Von Faber.
Balai Pustaka yang berjudul "Mitos Cura-Bhaya. Dalam buku itu Soenarto Timoer mengungkap cerita rakyat sebagai sumber penelitian sejarah. Dari buku itu yang memiliki 61 halaman Soenarto Timoer menyimpulkan bahwa hari jadi surabaya harus di cari antara tahun 1334, tahun 1352 saat raja hayam wuruk berkunjung ke surabaya (sesuai nagarakrtagama pupuh XVII:5), dan pada saat meletusnya gunung kelud. Padahal nama surabaya telah tercantum dalam bukti tertulis pada tahun 1358 M, tetapi para ahli menduga bahwa nama surabaya telah ada sebelum tahun tahun tersebut.
Kota surabaya mempunyai simbol yang berupa ikan sura dan buaya memiliki banyak sekali cerita di antaranya adalah tentang pertarungan antara ikan sura dengan buaya yang di ceritakan oleh LCR, Breman seorang pimpinan Nutspaarbank pada tahun 1918 di surabaya, dan masih banyak lagi cerita lain tentang makna dan semangat kota surabaya. Menurut versi lain kota surabaya ini dahulunya adalah muara sungai yang terbentuk karena adanya gugusan kepulauan. Sedangkan kota surabaya yang sekarang adalah pulau kecil yang terbentuk akibat lumpur yang hanyut dari letusan gunung kelud. Pada tanggal 31 mei 1293 di tetapkan sebagai tanggal hari jadi kota surabaya atas kesepakatan kelompok sejarah yang di bentuk oleh pemerintah bahwa nama surabaya berasal dari kata "sura ing baya" yang artinya " keberanian dalam menghadapi bahaya" yang di ambil dari babak. Pada masa kolonial letak geografisnya yang strategis membuat pemerintah kolonial memposisikan sebagai pelabuhan utama yang memiliki peran sebagai pelabuhan utama yang berperan sebagai collecting centers.
Balai Pustaka yang berjudul "Mitos Cura-Bhaya. Dalam buku itu Soenarto Timoer mengungkap cerita rakyat sebagai sumber penelitian sejarah. Dari buku itu yang memiliki 61 halaman Soenarto Timoer menyimpulkan bahwa hari jadi surabaya harus di cari antara tahun 1334, tahun 1352 saat raja hayam wuruk berkunjung ke surabaya (sesuai nagarakrtagama pupuh XVII:5), dan pada saat meletusnya gunung kelud. Padahal nama surabaya telah tercantum dalam bukti tertulis pada tahun 1358 M, tetapi para ahli menduga bahwa nama surabaya telah ada sebelum tahun tahun tersebut.
Kota surabaya mempunyai simbol yang berupa ikan sura dan buaya memiliki banyak sekali cerita di antaranya adalah tentang pertarungan antara ikan sura dengan buaya yang di ceritakan oleh LCR, Breman seorang pimpinan Nutspaarbank pada tahun 1918 di surabaya, dan masih banyak lagi cerita lain tentang makna dan semangat kota surabaya. Menurut versi lain kota surabaya ini dahulunya adalah muara sungai yang terbentuk karena adanya gugusan kepulauan. Sedangkan kota surabaya yang sekarang adalah pulau kecil yang terbentuk akibat lumpur yang hanyut dari letusan gunung kelud. Pada tanggal 31 mei 1293 di tetapkan sebagai tanggal hari jadi kota surabaya atas kesepakatan kelompok sejarah yang di bentuk oleh pemerintah bahwa nama surabaya berasal dari kata "sura ing baya" yang artinya " keberanian dalam menghadapi bahaya" yang di ambil dari babak. Pada masa kolonial letak geografisnya yang strategis membuat pemerintah kolonial memposisikan sebagai pelabuhan utama yang memiliki peran sebagai pelabuhan utama yang berperan sebagai collecting centers.
Komentar
Posting Komentar